7:37 AM

Mengungkap Sejarah Kerajaan Galuh


Situs Ciungwanara (Karangkamulyan)

Terdapat beberapa peninggalan sejarah didalamnya





Tempat wisata Karangkamulyan adalah situs peninggalan masa Hindu-Budha dan merupakan peninggalan kerajaan Galuh. Situs ini berada di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Luas situs Karangkamulyan sekitar 25,5 hektar dan berada di pinggir jalan raya antara Ciamis dan Banjar. Sebelah timur situs ini adalah sungai Cimuntur, sebelah Selatan sungai Citanduy, dan seblah Barat rest area.

Situs ini kapan ditemukannya tidak diketahui secara pasti tapi dari berbagai sumber termasuk tokoh-tokoh disekitar diceritakan sekitar tahun 1700 komplek ini sudah ada dan banyak dikunjungi orang dengan berbagai maksud dan tujuan. Keberadaan situs yang menempel ke jalan raya memudahkan para pengunjung untuk 



Legenda situs Karangkamulyan berkisah tentang Ciung Wanara  yang berhubungan dengan Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah kepahlawanan  yang luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh seorang Ciung Wanara.

Kisah Ciung Wanara merupakan cerita tentang Kerajaan Galuh (zaman sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit dan Pajajaran). Tersebutlah Ra Galuh saat itu Prabu Adimullya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumahdengan didampingi oleh  dua permaisuri, yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Pada saat mendekati tiba ajalnya, sang Prabu mengasingkan diri dan kekuasaan diserahkan kepada Patih Bondan Sarati karena Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama (Dewi Naganingrum). Singkat cerita, dalam memerintah Raja Bondan hanya mementingkan diri sendiri, sehingga atas kuasa Tuhan Dewi Naganingrum dianugerahi seorang anak laki-laki, yaitu Ciung Wanara yang kelak akan menjadi penerus resmi kerajaan Galuh yang adil dan bijaksana.

Dibawah ini beberapa nama  situs peninggalan di Karangkamulyan :



Sanghyang Bedil



Tempat yang disebut "Sanghyang Bedil" merupakan suatu ruangan yang dikelilingi oleh tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat sekitar, "Sanghyang Bedil" dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.


Penyabungan Ayam


Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi "Sanghyang Bedil", kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat sekitar situs menganggap tempat ini merupakan tempat Sabung Ayam Ciung Wanara dan Ayam Raja . Di samping itu merupakan tempat khusus untuk memlih raja yang dilakukan dengan sistem demokrasi.


Lambang Peribadatan

Batu yang disebut sebagai "Lambang Peribadatan" merupakan sebagian dari kemuncak,  tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen  candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.


Penyandaran (Panyandan)

Terdiri atas sebuah menhir dan dolmen, letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini merupakan tempat kelahiran Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.


Cikahuripan



Di lokasi "Cikahuripan" tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur. Sumur ini disebut "Cikahuripan" karena dianggap berisi air kehidupan (dimana air dipercaya sebagai lambang kehidupan). Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.



Makam Adipati Panaekan

Sementara di lokasi Makan Adipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi hanya merupakan batu yang berbentuk lingkaran dengan posisi  bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu kali. Adipati Panaekan adalah raja Galuh Gara Tengah yang berpusat di daerah Cineam dan mendapat gelar Adipati  dari Sultan Agung Raja Mataram.


Itulah beberapa penjelasan mengenai situs Karangkamulyan (Ciung Wanara) sebagai informasi yang admin rangkum dari beberapa sumber terutama (wikipedia) dan bagi anda yang ingin melihat secara langsung peninggalan-peninggalan sejarah dari Kerajaan Galuh silahkan mampir karena tempat wisata ini berada persis dipinggir jalan raya, kalau anda menuju Kota Banjar tepat di sebelah kanan terdapat rest area yang cukup luas, dan bari anda yang memulai perjalanan dari Ibu Kota dan menggunakan kendaraan umum paling gampang naik dari terminal Kampung Rambutan, Naik Bis Jurusan Kota Banjar sekarang hampir semua bis sudah ber AC dan kelas eksekutif pun sudah banyak, tinggal turun tepat diseberang Pintu Masuk Karangkamulyan. Admin sengaja tidak menyertakan foto-foto disini supaya anda tertarik dan bisa melihat langsung aslinya.


0 Comments:

Post a Comment